Lereng Muria – Aubertin Walter Sothern (AWS) Mallaby atau juga dikenal dengan Brigadir Mallaby (12 Desember 1899 – 30 Oktober 1945) adalah brigadir Britania yang tewas dalam peristiwa baku tembak 30 Oktober 1945 di Surabaya dan memicu keluarnya ultimatum Inggris dan meledaknya Pertempuran 10 November 1945.
Brigadir Jendral Mallaby adalah komandan Brigade 49 Divisi India dengan kekuatan ± 6.000 pasukan yang merupakan bagian dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI), pasukan Sekutu yang dikirim ke Indonesia setelah selesainya Perang Dunia II untuk melucuti persenjataan tentara Jepang, membebaskan tawanan perang Jepang, dan mengembalikan Indonesia kembali menjadi Hindia Belanda kekuasaan Belanda di bawah administrasi NICA (Netherlands Indies Civil Administration).
Namun tidak lama setelah bertugas di Indonesia mewakili pihak Sekutu, Jenderal Mallaby tewas dalam pertempuran yang berlangsung di dekat Jembatan Merah Surabaya, Jawa Timur. Tewasnya Mallaby mengakibatkan pertempuran di Surabaya antara para pejuang kemerdekaan dan pasukan Sekutu memuncak pada 10 November 1945.
Kabar tewasnya Jenderal Mallaby langsung menggemparkan publik internasional dan memicu kemarahan militer Sekutu di Indonesia. Reaksi keras dari pihak Inggris terlihat melalui ultimatum yang dikeluarkan Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, pengganti Mallaby, pada 9 November 1945.
Ultimatum tersebut menuntut agar rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya kepada Sekutu, serta pembunuh Mallaby, dengan batas waktu yang sangat singkat. Ben Anderson dalam buku Revolusi Pemuda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946 (1988), menyebut ultimatum tersebut sebagai ejekan sarkasme terhadap bangsa Indonesia.
Melalui pernyataan Gubernur Jawa Timur Ario Soerjo, arek-arek Surabaya pun bersepakat tak mengindahkan ultimatum tersebut demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya, pecahlah Pertempuran Surabaya yang meluluh-lantakkan kota dan memakan korban hingga ratusan ribu orang, baik dari pihak Indonesia maupun Sekutu.
*Dari berbagai sumber
Penulis: Rizma Azizah (Jurnalis SMAGA Pati)
Editor:and