Lereng Muria – Berbagai macam jajan pasar atau makanan tradisional di Indonesia masih memiliki penggemar setia dan tidak kalah bersaing dengan yang modern. Buktinya penjual jajan pasar tersebut tetap laris manis dan eksis bertahan di pasar tradisional. Bahkan beberapa jajan tradisional sudah mampu merambah pasar swalayan. Berbagai macam jajan tradisional mudah dijumpai diantaranya gethuk, lopis, gethuk lindri, brayo, gendar, grontol dan lain sebagainya. Termasuk juga jajanan yang bernama cethot, salah satu jajan pasar yang selalu di hati penggemarnya.
Makanan tradisional yang rasanya kenyal ini terbuat dari tepung ketela atau pati kanji. Biasanya diberi warna putih, hijau, merah, kuning dan sebagainya. Untuk penghidangannya dicampur gula pasir dan kelapa yang ditaburkan di atasnya. Di pasar tradisional, jajanan nan unik ini dibungkus daun pisang, kertas minyak dan plastik. Pada era tahun 1980-an cethot ini dibungkus daun ploso warna hijau. Masih mudah untuk menemukan penjual cethot di berbagai pasar tradisional, termasuk di Pasar Puri Baru Kota Pati. Bu Darsih (62 tahun) adalah salah satu penjual setia cethot.
Perempuan yang berdomisi di Desa Angkatan Lor Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ini sudah puluhan tahun berjualan cethot. Tentu saja di lapak Bu Darsih tidak hanya menjual cethot tetapi menjual ketan, lopis, gethuk, inthil, gendar dan sejenisnya. Cukup mudah untuk menemukan lapak Bu Darsih karena berjajar bersama pedagang lain di los sayur di bagian belakang/timur Pasar Puri Baru Kota Pati. “Alhamdulillaah, di Pasar Puri Baru ini jajanan cethot masih banyak penggemarnya, buka jam 07.00 nanti jam 09.30 sudah habis. Pembelinya sebagian besar ibu-ibu untuk cemilan di rumah,”tutur Bu Darsih kepada Lerengmuria pada hari Minggu (21/1/2024) ketika ditemui di Pasar Puri Baru Kota Pati. Cethot selain sebagai jajanan menu tambahan juga digunakan untuk kelengkapan kegiatan upacara adat tradisional dan berjajar bersama jajan yang lain. Cethot selalu di hati dari generasi ke generasi, dari jaman kolonial sampai milenial.
Wartawan : Ek
Editor : Linn