Logo Lerang Muria Baru 500px Hitam

DAGELAN KETHOPRAK CAHYO MUDHO, KLOWOR-PENJOL-BLOTHONG

Kunting (kiri) dan Penjol (kanan), dagelan Kethoprak Cahyo Mudho dari Desa Bakaran Kulon Juwana sedang beraksi di tahun 2011 (Foto:RHS Series)
Kunting (kiri) dan Penjol (kanan), dagelan Kethoprak Cahyo Mudho dari Desa Bakaran Kulon Juwana sedang beraksi di tahun 2011 (Foto:RHS Series)

Lereng Muria – Kethoprak Cahyo Mudho dari Desa Bakaran Kulon Kecamatan Juwana Kabupaten Pati merupakan hiburan tradisional yang melegenda. Penulis mulai menyaksikan sandiwara kethoprak tersebut sekitar tahun 1980-an di Desa Semirejo Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Pada waktu itu pimpinan kethopraknya adalah Kabul Sutrisno (almarhum) dan sekarang diteruskan oleh Jojok Sutrisno. Pada masa itu tidak sembarang orang bisa memanggil (_nanggap_) grub kethoprak tersebut untuk tampil di rumah. Di desa penulis hanya Mbah Tirto Darmin (almarhum) dan keluarganya yang sanggup menampilkan Kethoprak Cahyo Mudho atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kethoprak Bakaran ini. Dagelan kondang yang sering dimainkan bersama Kethoprak Bakaran berganti-ganti seiring perkembangan jaman. Pada tahun 1980-an yang menjadi dagelan atau pelawak adalah Klowor, Sawo dan Penjol. Pada tahun 1990-an sudah berubah menjadi Penjol, Kunting dan Utik yang bertugas sebagai pengocok perut bagi para penonton.

Blengek (kiri) dan Blothong (kanan), tarian terbaru Kethoprak Cahyo Mudho menghibur penonton tahun 2023 (Foto:RHS Series)
Blengek (kiri) dan Blothong (kanan), tarian terbaru Kethoprak Cahyo Mudho menghibur penonton tahun 2023 (Foto:RHS Series)

Setelah Kunting meninggal dunia dan Utik bergabung bersama grub kethoprak lain, Penjol bergonta-ganti pasangan dengan pelawak lain. Kadang-kadang berpasangan dengan Saimid, Singkek atau Muncul. Para penonton akan terhibur dengan penampilan dagelan tersebut. Nampaknya Penjol merupakan dagelan terlama dan legendaris dari Kethoprak Bakaran. Pada tahun 2020, dagelannya bernama Blotong dan Blengek yang bertugas menghibur penonton. Dagelan-dagelan ini mulai muncul di panggung pukul 24.00, sebagai daya tarik agar penonton tidak meninggalkan lokasi. Setelah generasi Blotong dan Blengek berlalu, siapa yang akan berjaya berikutnya? Kami menunggu waktu perjalanan.

 

Penulis: Eko Wahono (Pengamat budaya tinggal di Pati)

Editor:and

Spesial Produk Kopi

Berita Lainnya