Lereng Muria – Hari Raya Idul Fitri atau lebih dikenal dengan nama Lebaran, merupakan suatu hari yang sangat istimewa bagi warga Muslim Indonesia. Pada hari tersebut bercampurlah berbagai segi kehidupan mulai dari aspek relegi sampai dengan aspek sosial budaya. Diberbagai tempat di Indonesia, sebagian besar terjadi perputaran ekonomi yang tinggi. Kebutuhan pokok masyarakat berusaha untuk dijangkau mulai dari sembako dan sejenisnya. Untuk melengkapinya disiapkan sarana pendukung penampilan di hari Lebaran berupa pakaian baru dan perhiasan. Untuk masalah perhiasan ini memang unik kalau memperhatikan perilaku masyarakat Indonesia. Ada yang tampil dengan mengenakan emas asli dan ada juga yang tampil memakai emas imitasi dalam rangka menambah percaya diri. Ini akan semakin terlihat karena perubahan kehidupan masyarakat yang agraris menjadi industri. Didukung oleh cairnya Tunjangan Hari Raya (THR) karyawan perusahaan tertentu, maka akan menambah pendapatan masyarakat ketika menghadapi hari Lebaran.
Ketika THR cair, maka para karyawan berbondong-bondong ke toko emas terdekat untuk melengkapi perhiasannya. Mereka tidak ingin tampil mengecewakan dihadapan sanak kerabat dan tetangga pada waktu hari Lebaran. Seakan tambah percaya diri kalau di tubuhnya menempel berbagai perhiasan emas seperti gelang, kalung, cincin, giwang dan lain sebagainya. Terkhusus gelang dan cincin ini wajib dipakai karena dapat dilihat dengan jelas untuk menaikkan gengsi. Maka di berbagai toko emas di pasar tradisional akan penuh sesak diburu oleh penggemarnya. Hal tersebut tidak lepas dari pengamatan Pamuji (51 tahin) tokoh masyarakat dari Trangkil Kabupaten Pati. “Pola setiap tahunnya sama, ketika THR cair masyarakat membeli perhiasan emas untuk dipakai pada waktu hari raya. Setelah selesai Lebaran emasnya dijual lagi. Dan sudah terbiasa terjadi seperti ini di masyarakat,”tutur Pamuji yang juga seorang kepala desa ini. “Kebetulan di sini dekat dengan brak pabrik besar yang memiliki karyawan dalam jumlah banyak juga. Jadi sangat terasa sekali perilakunya,”imbuhnya. Hal yang sama diungkapkan oleh Mey (53 tahun) warga Margorejo Pati bahwa dia menebus perhiasan emasnya dan siap dikenakan di hari raya. Berbeda dengan Titik (44 tahun) warga Margorejo Pati bahwa dia menyimpan perhiasan emasnya dan dipakai pada waktu hari raya saja, sedangkan hari yang lain dilepas dan disimpan. Budaya masyarakat seperti itu dari tahun ke tahun tidak berubah, semuanya hanya bertujuan untuk penampilan di hari Lebaran supaya mendapat penilaian positif dari keluarga dan masyarakat sekitarnya. Terkadang mereka juga berkomentar bahwa hari Lebaran setahun sekali, ya penampilan semaksimal mungkin, yang sebagus mungkin. Itulah fenomena hari Lebaran di Indonesia yang merupakan perpaduan berbagai aspek kehidupan bermasyarakat.
Wartawan Ek
Editor Linn