Logo Lerang Muria Baru 500px Hitam

KERIS BUDHO, KERIS KUNO??

Keris Budho (atas) beserta warangkanya (bawah), diperkirakam sudah ada sejak abad VII M (Foto: Shopee)
Keris Budho (atas) beserta warangkanya (bawah), diperkirakam sudah ada sejak abad VII M (Foto: Shopee)

Lereng muria –        Keris merupakan senjata tradisional orang Indonesia, bahkan sudah sampai ke Semenanjung Malaysia dan Singapura. Berbagai macam bentuk keris memberikan kekayaan tersendiri terhadap budaya bangsa. Bentuk keris itu juga dipengaruhi jaman pembuatannya, sehingga dapat diketahui umurnya.

Salah satunya adalah keris Budho atau Kabudhan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Dikutip dari _Pusaka Keris_ dimungkinkan keris Budho ini sudah ada sejak abad VII jaman Mataram Hindu (Raja Sanjaya) seperti yang termuat di dalam Prasasti Tuk Mas Desa Lebak Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Di dalam prasasti tersebut tercetak pahatan alat-alat untuk upacara keagamaan berupa cakra, trisula, kundi, kapak, gunting, kudi, dolkmes, staf dan empat bunga padma. Kudi inilah yang dianalogkan sebagai bentuk dari Keris Budho yang mirip belati besar tanpa lekukan.

Dinamakan keris Budho atau Kabudhan karena merujuk jaman pembuatnya pada waktu lampau atau jaman kuno dan tidak diketahui tahunnya secara pasti kapan pembuatannya.

Ciri keris Budho cenderung lebar, tebal serta memiliki condhong leleh atau sudut kemiringan tertentu. Ukurannya 60% lebih pendek dan lebih tebal dari keris generasi setelahnya.

Pamor sudah ada walaupun mayoritasnya sanak dan tidak beraturan. Pamor ini sebagai akibat dari lipatan besi yang ditempa. Besinya secara umum homogen dengan warna hitam dan berlapis-lapis. Besi tempanya sangat padat seolah-olah seperti besi tunggal. Rabaan besinya lebih licin dan nglempung. Keris Budho ini ditemukan sudah tidak utuh lagi karena korosif dan termakan usia.

Beberapa keris Budho yang terkenal adalah Kiai Bethok dan Kiai Jalak Budho. Bahkan keris Kiai Bethok ini memberi warna dan cerita tersendiri tentang konflik dan suksesi Kasultanan Demak setelah wafatnya Sutan Trenggana.

 

Wartawan:ek

Editor:amt

Spesial Produk Kopi

Berita Lainnya