Lereng muria – Berbagai tradisi di berbagai daerah mewarnai minggu akhir di bulan Ramadhan. Tradisi tersebut sudah turun temurun dari generasi ke generasi. Tradisi itu sudah ada yang ditinggalkan dan masih ada yang dilestarikan sampai sekarang.
Tradisi yang masih dilestarikan adalah Bodo Apem. Tradisi ini biasanya untuk menyambut malam ke 27 atau 29 bulan Ramadhan. Beberapa daerah menyebut dengan istilah Maleman. Di Dukuh Sambikerep Desa Purwosari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati Jawa Tengah, tradisi Bodo Apem masih dilestarikan dengan baik.
Pada hari Rabu (26/3/2025) yang bersamaan dengan malam 27 bulan Ramadhan di Mushola Darusallam warga Muslim berbondong-bondong datang sambil membawa berkat yang berisi apem. Apem ini merupakan makanan atau kue berbentuk bulat warna putih yang terbuat dari tepung beras. Rasa dari apem ini manis dan beraroma ragi, hal ini karena dalam pembuatannya ditambah bahan ragi agar dapat mengembang.
Setelah sholat Tarawih warga meletakkan berkat apemnya di tengah dan tetua agama memimpin tahlil untuk mendoakan para lelulur yang sudah meninggal dunia. Setelah itu kue apem dimakan bersama-sama. Nampak keceriaan memakan kue apem. Kebersamaan dalam acara selametan terlihat dengan jelas. Selain itu juga mempererat silaturahmi antar tetangga dan kekompakkan antar warga. Selesai selamatan, sisa kue apem dibawa pulang kembali untuk dimakan di rumah.
Tradisi Bodo Apem ini masih bertahan diberbagai macam tempat di Kabupaten Pati, seperti daerah Tlogowungu, Gembong, dan lain sebagainya. Meskipun dirasa tidak efektif lagi karena generasi mudanya sudah tidak menyukai kue apem dan tidak membuatnya lagi tetapi tradisi masih berjalan dengan baik. Hal ini karena ada hubungannya dengan nilai silaturahmi, kebersamaan, barokah di bulan Ramadhan dan ungkapan syukur kepada Allah SWT.
“Alhamdulillaah, tradisi Bodo Apem masih bertahan di Dukuh Sambikerep ini. Orang tua selalu membuat apem menjelang malam 27 Ramadhan dan memerintahkan membawa ke mushola. Pada hari sebelumnya, dari mushola juga sudah diumumkan akan diadakan Maleman atau Bodo Apem. Sehingga tradisi ini masih lestari sampai sekarang,”tutur Muh. Farih (17 tahun) generasi muda yang masih melestarikan Bodo Apem tersebut diakhir wawancara dengan Lerengmuria.com.
Wartawan:ek
Editor:amt