Lereng Muria – Pada tahun 1984, penulis masih duduk di kelas 4 SDN Wonosekar Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Jawa Tengah. Di SD tersebut memiliki banyak siswa yang berasal dari Dukuh Tambakmijen dan Dukuh Sekar dari Desa Wonosekar. Selain itu juga terdapat siswa yang berasal dari Dukuh Wonosemi Desa Semirejo Kecamatan Gembong.
Pada hari itu tanggal 21 April 1984, diadakan peringatan Hari Kartini di tingkat sekolah. Siswa putri berpakaian kebaya dan rambutnya disanggul sederhana. Sebagian besar busana yang dikenakan merupakan pakaian orang tua masing-masing. Mulai dari jarit, baju, sandal dan perlengkapan lainnya.
Beraneka warna kebaya bermunculan berdasarkan kemampuan orang tua masing-masing. Karena pada waktu itu belum ada penyewaan kebaya seperti sekarang ini. Dandanan atau riasan wajah juga masih sederhana. Yang terpenting wajah diberi bedak, bibir diwarnai merah dan alis mata diperindah. Semua hasil karya orang tua masing-masing karena pada waktu itu belum ada salon kecantikan.
Dengan susah payah berjalan kaki dari rumah menuju ke sekolah yang berjarak antara 100 m sampai 2 km. Semua nampak gembira dan ceria dengan dandanan kebaya ala Ibu Kartini walaupun merepotkan dalam bergerak. Teman-teman putri terlihat “kemayu” dalam berjalan. Tidak lupa, kipas sebagai penambah penampilan.
Peringatan Hari Kartini tahun 1984 itu semakin lengkap karena diadakan lomba masak makanan legempong. Legempong ini merupakan makanan tradisional Jawa yang terbuat dari ketela pohon yang diparut dan tengahnya ditambahi gula merah. Memasaknya dengan cara digoreng. Rasanya manis apabila digigit dan gulanya menyentuh lidah.
Seingat penulis, semua peralatan membawa dari rumah termasuk kompor minyak tanah. Ada 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Di kelompoknya penulis terdapat teman perempuan yang bernama Tasri. Tasri ini anak seorang penjual makanan gorengan, termasuk legempong. Jadi Tasri sudah terbiasa membuat legempong ketika di rumahnya.

Para siswa pun memarut ketela pohon, membentuk bulatan yang tengahnya berisi gula merah. Dan sekaligus menggorengnya. Meskipun terlihat canggung, pada akhirnya selesai juga.
Hasilnya berupa legempong yang masih hangat dan manis serta mengenyangkan. Hasil karya siswa langsung dinilai oleh bapak ibu guru. Dan akhirnya, kelompoknya penulis belum beruntung atau tidak menjadi juara. Pada waktu itu yang menjadi juaranya adalah kelompoknya Nunung Agus Firmansyah.
Meskipun tidak meraih juara tetapi kami tetap menikmati legempong dan mengenang dengan baik peringatan Hari Kartini pada tahun 1984 yang lalu. Selamat memperingati Hari Kartini 2025 untuk semua Kartini di seluruh Indonesia.
Penulis: Eko Wahono (Alumni SDN Wonosekar tahun 1986)
Editor:and