Lereng Muria – Tradisi masyarakat Jawa mengenal ilmu Perhitungan Hari (Etung Dina) atau Pranata. Ilmu tersebut digunakan untuk menentukan hari yang baik untuk mengadakan hajatan atau acara keluarga. Hajatan di masyarakat Jawa meliputi khitanan, pernikahan, membangun rumah, memugar rumah, memulai usaha, bepergian jauh dan lain sebagainya. Perhitungan hari tersebut untuk menentukan hari yang paling baik dengan harapan mendapatkan keberuntungan, kelancaran, keselamatan, melancarkan rejeki dan lain sebagainya. Tetapi dalam tradisi Perhitungan Hari tersebut ada istilah yang namanya Tahun Duda. Disebut Tahun Duda karena tahun tersebut tidak memiliki jodoh atau pasangan. Sehingga masyarakat tidak melakukan hajatan pernikahan (perkawinan) atau dilarang melakukan pernikahan. Dan pernikahan harus ditunda satu tahun. Apabila melanggarnya dikawatirkan akan terkena balak, sial atau musibah yang menyebabkan menjadi duda. Dapat dikatakan pernikahannya tidak langgeng karena meninggal dunia atau perceraian sehingga si suami menjadi duda. Maka dinamakan Tahun Duda. Tahun Duda ini dikenal di kalangan masyarakat Pati, Kudus, Jepara, Blora, Rembang, Grobogan dan sekitarnya. Dikutip dari Jatengdaily.com, Tahun Duda ini berjalan selama satu tahun yaitu tanggal 7 Juli 2024 sampai dengan tanggal 25 Juni 2025. Setelah kurun waktu itu masyarakat melakukan acara hajatan pernikahan. Menurut ahli Perhitungan Hari Mbah Karto Ramso dari Gembong Pati menuturkan bahwa Tahun Duda itu tidak ada. “Saya tidak mengenal Tahun Duda, semua tahun baik untuk acara pernikahan. Tergantung kita dapat menghitung hari yang baik apa tidak. Sehingga pernikahan dapat dilangsungkan,”tutur Mbah Karto Ramso. Ternyata tidak semua ahli Perhitungan Hari sepakat tentang adanya Tahun Duda. Meskipun demikian kalangan masyarakat menghindari pernikahan di Tahun Duda, dengan harapan tidak terjadi musibah atau bencana.
Wartawan:ek
Editor:and
