Logo Lerang Muria Baru 500px Hitam

NYADRAN DI LELUHUR SEMIREJO PATI

Tiga anak penulis khusuk berdoa di depan pusara Buyut Ramso-Tasirah Pemakaman Mbeji Desa Semirejo Gembong Pati
Tiga anak penulis khusuk berdoa di depan pusara Buyut Ramso-Tasirah Pemakaman Mbeji Desa Semirejo Gembong Pati

Lereng Muria –     Hari Kamis (27/2/2025), sore yang cerah. Matahari bersinar terang walaupun terlintas mendung. Acara tunggal pada sore itu adalah Nyadran ke Desa Semirejo Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Penulis berangkat bersama anak dan istri mengendarai sepeda motor. Jarak tempuh antara rumah penulis Perum Rendole Indah Muktiharjo Margorejo menuju lokasi sekitar 20 menit. Kami langsung mengunjungi orang tua kandung dan kerabat dekat untuk bersilaturahmi sebentar. Berbagai cerita yang mengasyikan mewarnai silaturahmi pada sore itu.

Setelah itu dilanjutkan ziarah kubur di Pemakaman Umum Mbeji Dukuh Wonosemi Desa Semirejo Gembong. Pemakaman Mbeji ini cukup luas dan diperuntukkan untuk 3 desa yaitu Dukuh Wonosemi Desa Semirejo, Dukuh Tambakmijen Desa Wonosekar dan Dukuh Serut Desa Kedungbulus. Ketiga desa tersebut berada di Kecamatan Gembong.

Suasana Pemakaman Mbeji Semirejo pada saat menjelang bulan Ramadhan
Suasana Pemakaman Mbeji Semirejo pada saat menjelang bulan Ramadhan

Sampai di Pemakaman Mbeji, penulis menemui juru kunci makam yaitu Mbah Sutarno untuk bersalaman terlebih dahulu. Di pemakaman umum tersebut sudah banyak peziarah yang sudah datang terlebih dahulu. Tanpa menunggu lama langsung mencari lokasi pemakaman kakek dan nenek dari pihak ibu. Pusaranya masih ada walaupun hampir habis dimakan rayap. Tulisannya masih jelas yaitu Ramso dan Tasirah karena meninggal sekitar tahun 2021. Sejenak berdoa untuk leluhur dari pihak ibu tersebut. Lantuman ayat suci Al Qur’an kami baca lirih dan doa khusus orang meninggal kami bacakan.

Dilanjutkan mencari bekas letak makam leluhur dari pihak ayah yaitu Warjono dan Karsinah. Bekas pusaranya sudah tidak ada karena meninggal pada tahun 1989 yang lalu. Kami hanya mengiangat bahwa letaknya di bawah pohon kapuk randu. Sejanak melantumkan doa untuk leluhur dari ayah atau kakek nenek penulis.

Leluhur penulis adalah orang biasa, tetapi bagi penulis adalah manusia yang luar biasa. Beliau memiliki rekam jejak yang baik di masyarakat, suka menolong dan hidup layaknya masyarakat lumrahnya. Dan yang terpenting beragama Islam.

Selesai ziarah leluhur, kami “njagong” sebentar dengan juru kunci makam Mbah Sutarno yang masih famili dengan penulis. Mbah Sutarno atau sering disebut “Note” kategori juru kunci yang rajin, terbukti Pemakaman Mbaji terlihat bersih tanpa alang-alang dan rerumputan yang lain.

Tepat pukul 17.15 kami berpamitan kembali ke rumah di Perum Rendole Indah Muktiharjo. Ada dua makna yang kami selami pada waktu Nyadran di Semirejo Gembong yaitu silaturahmi dengan orang tua kerabat dan berkomunikasi dengan Tuhan dalam rangka mendoakan leluhur yang sudah meninggal dunia. Dua nilai itulah yang kami alami selama rutinitas Nyadran di akhir bulan Ruwah ini.

Wartawan:ek

Edit:and

Spesial Produk Kopi

Berita Lainnya