Lereng Muria – Ono rowo munjuk, istilah itu sering kita jumpai pada saat menjelang Tahun Baru Imlek atau Tahun Baru China. Rowo munjuk diartikan sebagai air di rawa-rawa mulai naik atau beditnya semakin meninggi. Dapat dikatakan pula volume air semakin bertambah jumlahnya. Kita warga Kabupaten Pati yang lokasinya dekat dengan Waduk Gunungrowo Desa Sitiluhur Kecamatan Gembong, mengartikan rowo munjuk berarti permukaan air waduk mengalami proses pertambahan atau debit airnya naik. Fenomena ini karena adanya hujan dengan intensitas tinggi sehingga jumlah air waduk meningkat drastis. Kondisi ini terjadi karena hujan turun sehari-hari dan kejadian itu berlangsung pada bulan Januari. Akhirnya ada istilah Januari, hujan sehari-hari.
Hujan yang turun terus menerus ini biasanya mengiringi Tahun Baru China yang oleh orang Jawa disebut Tembaru Chino. Tembaru Chino ini kita kenal dengan nama Tahun Baru Imlek. Suasana dingin karena pengaruh turunnya hujan menjadi ciri khas Tembaru Chino. Bayangan kita di waktu kecil air rawa merangkak naik secara perlahan-lahan (munjuk) menutupi tanaman di sekitarnya. Kondisi suhu dingin ini memaksa untuk menggonsumsikan makanan seadanya. Kalau di pedesaan kaki Gunung Muria makanan dari ketela pohon yaitu kenyol (tiwul) dan gathot. Kenyol itu teksturnya lebih halus karena ketela kering ditumbuk sedangkan gathot lebih besar dan kasar. Gathot ini berasal dari ketela pohon kering direndam dalam air lalu dikukus. Itulah hidangan khas pedesaan di kala ada rowo munjuk Tembaru Chino.
Penulis: Kang Wah dari kaki Gunung Muria Pati
Editor: Bara