TETEG,MENGAIS SISA PANEN GABAH
Teteg, istilah ini terkenal di daerah yang agraris dengan pertanian yang didominasi oleh tanaman padi. Teteg ada juga yang menyebut ngasak adalah kegiatan mengais gabah atau butiran padi ketika panen padi di sawah. Kegiatan teteg dilakukan oleh para perempuan dengan lokasi di persawahan yang sedang panen.
Teteg diambil dari kata diketeg yang artinya mengambil benda dan mengayunkannya atau dibenturkan perlahan-lahan, sehingga menimbulkan suara teg-teg.
Pada waktu panen padi masih model tradisional, para perempuan yang ikut teteg cukup banyak. Paling tidak, satu lokasi panen ada sekitar 5-8 yang teteg. Panen model tradisional tersebut, di kala padi sudah menguning dipotong dengan menggunakan sabit. Lalu dibawa ke dekat alat perontok padi tradisional yang dusebut dengan nama dos.
Dos ini memiliki bagian yang dapat diputar dan bergeri. Gerigi tersebut terbuat dari paku. Gerigi itulah yang nanti merontokkan bulir-bulir padi dari tangkainya.
Setelah padi rontok, maka jeraminya atau tangkai padi dibuang. Di situlah para perempuan mendapatkan sisa rontokkan padi atau gabah. Dengan menggunakan alat pemukul berupa kayu yang sederhana, bulir padi yang masih menempel di tangkainya dapat segera rontok.
Kegiatan teteg ini dapat berlangsung setengah hari atau bahkan seharian, tergantung jumlah dan luas lokasi yang mengadakan panen. Penghasilannya tergantung lumayan, sehari mampu menghasilkan setengah sak ukuran kecil gabah basah. Bahkan terkadang lebih karena mendapat tambahan gabah secara cuma-cuma dari tuan rumah yang panen.
Kegiatan teteg ini masih ada sampai sekarang terkhusus di pedesaan yang memiliki medan yang sulit dijangkau oleh alat panen modern. Sehingga teteg tetap berlangsung.
Wartawan:ek
Editor:and