Lereng muria – Semar atau Batara Ismaya Batara Iswara Jurudyah Punta Prasanta Semar adalah nama tokoh utama dalam punakawan di pewayangan Jawa. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan wiracarita Mahabharata dan Ramayana. Wayang semar melambangkan akal budi manusia, sehinggga merupakan jembatan antara alam dan kebudayaan. ‘Semar’, menurut Juynboll berasal dari akar kata “sar” yang artinya cahaya. Jadi Semar berarti sesuatu yang bersinar atau memancarkan cahaya, atau juga “sumber cahaya”.
Semar memiliki mental matang, terlihat dari wataknya yang sederhana, tenang, rendah hati, tulus, tidak munafik, tidak pernah terlalu sedih tetapi juga tidak pernah terlalu gembira. Dia memiliki sifat yang tidak kagetan dan gumunan, sifatnya seperti air tenang namun menghanyutkan, namun dibalik sifat tenangnya tersebut, terdapat kejeniusan, ketajaman batin, kekayaan pengalaman hidup, dan ilmu pengetahuan. Dalam kisah pewayangan, Semar digambarkan dengan serba kesamaran dan ambigu, namanya yang diambil dari kata sengsem dan samar, yang artinya mencintai sesuatu yang samar atau gaib.
Dalam filosofi Jawa, Semar disebut sebagai Badranaya, yang terdiri dari kata Bebadra yang artinya membangun sarana dari awal, sedangkan Naya artinya utusan mangrasul. Secara sederhana, Badranaya berarti membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia di muka bumi. Semar digambarkan sebagai simbolisasi nilai-nilai ideal untuk dijadikan pandangan hidup bagi orang Jawa.
*Disusun dari segala sumber
Penulis: Kalyca (Jurnlis SMAGA Pati)
editor:amt