Lereng muria – Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam dan banyak jumlahnya, salah satunya adalah wayang.
Di negara kita beraneka ragam wayang dari berbagai penjuru daerah. Diantaranya adalah wayang purwa/kulit, wayang golek, wayang beber, wayang wahyu, wayang krucil, wayang gedog, wayang suluh, wayang potehi, wayang madya dan wayang orang. Yang paling populer di lingkungan masyarakat adalah wayang purwa yang dikenal dengan seburan wayang kulit (ringgit wacucal).
Seni budaya wayang ini sudah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda sejak tanggal 7 November 2003. Sedangkan penetapan Hari Wayang Nasional melalui Keppres 30 Tahun 2018 yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 17 Desember 2018.
Berbagai seniman yang berhubungan dengan dunia pewayangan mendapat peluang untuk berkembang lebih lanjut, diantaranya dalang, sinden, pengrawi dan lain sebagainya.
Pada tahun 1980-an, penulis mulai mengenal pertunjukan wayang kulit. Pentas tersebut di Desa Semirejo (kampung penulis) dan Desa Wonosekar Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Pada masa itu dalang yang membeberkan cerita adalah Ki Kartubi yang belakangan ini mendapat sebutan Ki Kartopel dari Kayen Pati. Dalang lain yang pernah penulis lihat adalah Dalang Toyo atau Ki Soetoyo dari Dukuhseti Pati. Ada lagi dalang kondang Pati Ki Gunawan yang ahli kategori wayang kulit dan wayang golek. Selain itu juga sempat menyaksikan penampilan dalang Ki Ragil dari Batangan (2010) dan Ki Bowo dari Dukuhseti (Putra Ki Toyo) tahun 2020.
Dalang level nasional yang pernah penulis lihat secara langsung adalah Ki Anom Suroto dari Solo pada waktu HUT IKIP Semarang (sekarang Unnes) tahun 1995 dan Dalang Joko Edan (Joko Hadiwijoyo) tahun 1996 dari Kabupaten Semarang serta Dalang Kentir Ki Junarto dari Kabupaten Semarang juga (1997).
Selain itu penulis mengikutinya lewat siaran televisi dan ponsel. Sampai sekarang penulis mengikuti acara wayang kulit yang disiarkan oleh radio swasta di Kabupaten Pati yaitu Radio Harbos, Radio PAS, Radio Krisna dan Radio Suara Juana.
Wayang milik Indonesia yang sudah mendunia dan mengikuti perkembangan jamannya, sehingga lintas generasi dapat mencintai wayang. Jadi penggemar wayang tidak hanya dari generasi kelahiran 1960-1970, tetapi sudah merambah ke genetasi z. Wayang tetap milik Indonesia, bukan negara lain. Selamat Hari Wayang Nasional 2024.
Penulis:Eko Wahono (pemerhati budaya)
editor:amt