Lereng Muria – Ketika bulan Ramadan 10 hari terakhir pada tanggal ganjil dikenal dengan nama maleman. Maleman ini biasanya jatuh pada tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29 bulan Ramadan. Pada maleman ini diharapkan munculnya malam Lailatul Qodar yaitu malam turunnya Al Qur’an. Maka pada malam tersebut diadakan berbagai kegiatan di antaranya hataman Qur’an, kirim doa untuk roh leluhur, shodakohan dan lain sebagainya. Di Dukuh Semi Desa Semirejo Kecamatan Gembong Pati pada malam ke 29 dikenal dengan tradisi maleman bada apem.

Sebelum malam tersebut warga sudah membuat kue apem yang terbuat dari tepung beras dicampur ragi, gula dan lain sebagainya. Penggorengan apem dengan menggunakan minyak goreng yang dioleskan memakai pelepah pisang. Apem tersebut akan dibawa ke mushola atau masjid terdekat. Jaman sekarang ketika maleman bada apem para jamaah tidak semua membawa apem. Sebagian besar sudah mencari cara yang praktis sehingga membawa roti, kue kering bahkan nasi lengkap beserta lauknya. Setelah sholat tarawih apem beserta kelengkapannya diletakkan di tengah sedangkan para jamaah duduk di pinggir.

Acara dimulai dari pembacaan leluhur yang dikirimi doa dan tahlil bersama. Setelah itu pembacaan doa untuk leluhur yang sudah meninggal. Selesai berdoa dilanjutkan makan bersama. Makanan ditukarkan dengan jamaah yang lain. Meskipun demikian kue apem masih banyak penggemarnya. Jadi bada apem masih langgeng walaupun generasi sudah berbeda. Jadi malam ke 29 tetap dianggap sebagai bada apem karena para jamaah tetap membawa apem.
Wartawan : Ek
Editor : Linn