Lereng Muria – Sedikit kisah saya ketika masih ada di kampung kelahiran yaitu Desa Semirejo Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Jawa Tengah pada waktu terjadi gerhana bulan. Ini kisah sekitar tahun 1980-an ketika saya masih duduk di sekolah dasar.
Saya bermukim di Dukuh Semi dari 6 perdukuhan yang ada di Desa Semirejo. Dukuh tersebut terletak paling barat dan berbatasan dengan Desa Wonosekar dan Desa Kedungbulus.
Rumah penulis menghadap ke timur dan berhadapan dengan rumah tetangga lainnya dan kebun ketela. Di belakang rumah terdapat kebun (dadah) milik tetangga, sebelah kanan ada kebun milik orang tua. Dan sebelah kiri berjajar rumah kerabat beserta tetangga yang lain. Suasana damai menyelimuti kehidupan warga Dukuh Semi tersebut.
Suatu malam ketika ada gerhana bulan, semua anggota keluarga dibangunkan oleh Mbah Ramso (kakek saya) yang rumahnya sekitar 2 ratus meter dari rumah saya. Termasuk juga kerabat yang di sebelah kiri rumah saya juga turut dibangunkan. Di depan rumah sudah bangun Mbah Pasirah duduk di serambi. Pak Seno (anak Mbah Pasirah) yang rumahnya berjajar dengan Mbah Pasirah juga sudah bangun.
Pak Seno terbiasa memukul kentongan dari bambu yang ada di rumahnya. Nan jauh di sana ada yang memukul kentongan, bedug dan lain sebagainya. Bapak saya ke sebelah kanan rumah menuju ke kebun dengan membawa kayu. Pohon nangka dan mangga dipukulinya. Ibu saya membangunkan ternak ayam yang sedang tidur. Beberapa tetangga memukul kaleng bekas. Penulis karena masih kecil hanya memukul batu dan kereweng (pecahan genting).
Kami saling bercerita berbagai hal, termasuk perihal gerhana bulan. Biasanya sampai bulan habis “dimakan” gerhana, kami baru melanjutkan tidur. Ada nuansa tentram dan damai di kala ada gerhana bulan pada waktu itu. Keluarga dan kerabat serta tetangga terbangun dan berkumpul di depan rumah masing-masing. Benar-benar menentramkan dan mendamaikan hati.
Wartawan:ek
Editor:and




