Logo Lerang Muria Baru 500px Hitam

LAKON KETHOPRAK BAWA PENYAKIT

Pintu Gerbang Majapahit yang sering muncul dalam cerita kethoprak Pati (Foto: Dok. Agus Armanto)

Lereng Muria –          Kabupaten Pati Jawa Tengah merupakan salah satu kabupaten yang memelihara dan melestarikan budaya sandiwara kethoprak. Kesenian tradisional tersebut memiliki penggemar fanatik di Kota Bumi Mina Tani tersebut. Kethoprak sering pentas di berbagai acara yang diselenggarakan oleh warga Pati, mulai dari hajatan, haul, sedekah bumi/bersih desa dan lain sebagainya.

Berbagai macam cerita dipentaskan dalam acara tersebut mulai dari sejarah sampai dengan carangan (karangan). Mulai dari yang romantis sampai pada yang humor. Seniman Pati mampu menampilkan kondisi tersebut sangat sempurna. Sehingga menjadi hiburan tersendiri bagi warga Pati. Sehingga sandiwara tradisional ini mampu bersaing dengan hiburan yang lain.

Di dunia kethoprak ada beberapa lakon atau cerita yang sering ditampilkan. Salah satunya adalah asal-usul Pintu Gerbang Majapahit atau Bajangratu. Lakon ini berkisah tentang keinginan Raden Ronggo Joyo Putra Adipati Cakrajaya untuk meminang Dewi Rara Pujiwat putri Sunan Ngerang. Dewi Roro Pujiwat menerima pinangan tersebut apabila Raden Ronggo Joyo mampu membawakan Pintu Gerbang Bajangratu yang ada di Kasultanan Cirebon dalam waktu semalam.

Permintaan Dewi Roro Pujiwat disanggupi oleh Raden Ronggo Joyo dan berangkatlah ke Cirebon. Pada waktu itu Pintu Gerbang Bajangratu dijaga oleh Kebo Nyabrang dan Maheso Gumarang. Keduanya sebangsa siluman/jin. Terjadilah pertempuran antara ketiganya. Dan dimenangkan oleh Raden Ronggo Joyo.

Maka Pintu Gerbang Bajangratu dipikul oleh Kebo Nyabrang dan Maheso Gumarang. Karena harus sampai di Kasunanan Ngerang dalam waktu semalam, ke dua makhluk siluman tersebut dipaksa berjalan cepat sambil membawa beban pintu gerbang tersebut.

Keduanya kelelahan dan kehausan di perjalanan. Meskipun demikian, Raden Ronggo Joyo memaksanya dan memukulinya. Dua siluman tersebut berteriak kesakitan dengan suara lenguhan yang keras dan memelas. Suara lenguhan tersebut sangat mirip ketika kerbau melenguh pertanda kelelahan.

Suara tersebut menyerupai aslinya, sangat keras dan memelas serta mengharukan. Efek dari suara dua siluman yang disiksa oleh Raden Ronggo Joya tersebut membuat anak-anak kecil ketakutan. Sehingga banyak anak kecil yang melihat pentas kethoprak tersebut sakit panas ketika sampai di rumah.

Oleh orang tua, anak tersebut “kesambet” karena cerita kethoprak tersebut. Terjadi tekanan psikis/kejiwaan pada anak yang menyaksikan sehingga berpengaruh terhadap kesehatan badannya.

Tetapi cerita tersebut tidak selamanya menimbulkan masalah, semua tergantung kondisi kesehatan badan dan batiniah dari anak tersebut serta kelihaian seniman dalam memerankan Kebo Nyabrang Maheso dan Gumarang.

Wartawan:ek

Editor:and

Spesial Produk Kopi

Berita Lainnya