Lereng Muria – Pancaroba adalah waktu adanya perpindahan dari musim hujan ke musim kemarau. Musim hujan yang disertai bencana banjir melanda Indonesia terkhusus Pantura Jawa Tengah. Berbagai kabupaten dilanda bencana banjir pada awal bulan Puasa yang dimulai dari Kendal, Semarang, Pekalongan, Demak, Pati, Jepara, Kudus, Grobogan dan lain sebagainya. Akhir bulan Puasa cuaca cukup panas dengan sinar matahari yang menyengat. Perbedaan suhu yang ekstrim di luar tubuh ini sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan. Didukung pula kondisi tubuh dalam keadaan puasa di siang harinya. Akhirnya berbagai gejala yang tidak nyaman pada tubuh terjadi mulai dari diare, batuk, pilek, radang tenggorokan, kepala pusing, masuk angin dan lain sebagainya. Bahkan beberapa anak ada yang mengalami gejala tipus. Seperti yang dialami Rajendra Permana (13 tahun) remaja salah satu SMP di Kabupaten Pati ini terpaksa rawat jalan karena terserang tipus. Berbeda dengan Wahid (51 tahun) salah satu guru SMA negeri di Kabupaten Pati, terpaksa tidak menunaikan ibadah puasa Ramadhan karena terserang flu berat yang disertai suhu panas. “Terpaksa tidak puasa 2 hari karena panas di badan. Dan sulit untuk turun. Bahkan hari raya juga kambuh lagi, terutama hari pertama,”tutur Wahid kepada Lerengmuria.com pada hari Kamis (11/4/2024). “Penyebabnya dimungkinkan setiap pulang kerja badan terasa panas dan dilanjutkan mandi. Inilah salah satu penyebabnya. Kondisi badan panas diguyur dengan air dingin. Yaa akhirnya drooplah,”imbuh Wahid. Kejadian seperti itu juga dialami oleh warga-warga yang lain karena adaptasi tubuh terhadap perubahan alam dari musim pancaroba ini. Maka diperlukan penjagaan kondisi badan dan cukup makanan yang bergizi agar tidak mengganggu aktifitas silaturahmi di Hari Raya Fitri.
Wartawan Ek
Editor Linn